Khamis, 26 Februari 2015

Ciri adat, bahasa dan agama orang Melayu

'Ciri adat, bahasa dan agama orang Melayu'

Ciri adat, bahasa dan agama orang Melayu

Melayu secara puak (etnis, suku) bukan dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku beretnis Melayu walau moyang mereka beretnis Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku 'Orang Kampong' etnis Melayu.

Ini semua karena diikat oleh kesamaan agama yaitu Islam, bahasa dan adat Resam Melayu. Orang Melayu memegang filsafat: "Berturai, Bergagan, Bersyahadat". Berturai bermakna mempunyai sopan santun baik bahasa dan perbuatan dan memegang teguh adat resam, menghargai orang yang datang, serta menerima pembaharuan tamaddun yang senonoh.

Usul menunjukkan asal, bahasa menunjukkan bangsa. Taat pada petuah, Setia pada sumpah, mati pada janji, melarat karena budi. Hidup dalam pekerti, mati dalam budi". "Tak cukup telapak tangan, nyiru kami tadahkanu". "Apabila meraut selodang buluh, siapkan lidi buang miangnya. Apabila menjemput orang jauh, siapkan nasi dengan hidangnya".

"Sekali air bah, sekali tepian berubah. Bergagan bermakna keberanian dan kesanggupan menghadapi tantangan, harga diri dan kepiawaian". "Kalau sudah dimabuk pinang, daripada ke mulut biarlah ke hati. Kalau sudah maju ke gelanggang, berpantang surut biarlah mati. Bermula dari hulu, haruslah berujung pula ke hilir".

"Apa tanda si anak melayu, matinya ditengah gelanggang, tidurnya di puncak gelombang, makannya di tebing panjang, langkahnya menghentam bumi, lenggangnya menghempas semak, tangisnya terbang kelangit, esaknya ditelan bumi, yang tak kenalkan airmata, yang tak kenalkan tunduk kulai". Bersahadat bermakna Orang Melayu disebut Melayu jika sudah mengucap kalimat syahadat, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul panutan.

Anak Melayu lebih dahulu diperkenalkan mengaji Al Qur'an, baru mengenal ilmu pengetahuan yang lain. Kata 'Laailaha Illallah Muhammadarosulullah' sebagai gerbang keislaman, selalu dipakai Orang Melayu dalam berbagai amalan, karena melayu percaya bahwa semua amalan akan tidak tertolak dalam pemahaman Islam jika mengucap Laailaha Illallah Muhammadarosulullah. Makanya jika seorang anak berkelakuan menyimpang dari kaedah yang diatur, maka ia disebut, 'Macam anak siarahan, Macam anak tak disyahadatkan".

"Bergantung kepada satu,

berpegang kepada yang Esa".

"Untuk apa meramu samak,

kalau tidak dengan pangkalnya.

Untuk apa berilmu banyak,

kalau tidak dengan amalnya."

"Budak jambi sedang menampi,

alahai budak tinggal sanggulnya.

Banyak jampi perkara jampi,

Allah jua letak kabulnya".

Jadi Melayu adalah beragama Islam, beradat resam Melayu dan Berbahasa Melayu". Karena ikatan Islam itulah, Orang Melayu yang masih berpegang pada konsep tradisi namun akan takut jika tidak disebut Islam.

Artikel ini ditulis oleh : Darmansyah


References

  1. ^ About these ads (wordpress.com)
LikeTweet

Tiada ulasan:

Catat Ulasan